Sabtu, 03 Desember 2011

IMUNOLOGI LANJUTAN









OLEH


Drh. T. Zulfadhli











PROGRAM PASCASARJANA  FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM






Vaksinasi
Pada umumnya Vaksin adalah virus yang dilemahkan. Saat ini vaksin dapat di bangun melalui protein spesifik. Vaksin tersebut bisa dibuat dalam bentuk aktif maupun inaktif. Untuk vaksin aktif biasanya virus yang mengakibatkan penyakit tersebut yang diambil kemudian di lemahkan, misalnya dengan cara membiakannya di dalam telur berembrio (in ovo). 
            Dalam penerapan di lapapangan vaksin tentunya digunakan untuk preventif dari suatu penyakit baik pada hewan maupun manusia. Dalam kasus penyakit White Spot Syndrome pada udang, dalam penggunaan vaksin yang tepat adalah dengan melakukan tes apakah sudah di vaksin atau belum, apakah sudah pernah terpapar suatu populasi  di daerah yang akan dilaksanakan program vaksinasi.
            Dengan demikian prioritas hewan yang perlu divaksin dan hewan yang harus diulang vaksinasi (booster). Jadi kalau hewan yang sudah divaksin atau sudah pernah terpapar dengan cara pemerikasaan antigen.
            Salah satu contoh kekebalan yang di dapatkan secara alami, misalnya digigit nyamuk. Pertukaran darah nyamuk dengan korban gigitan, sehingga mikroorganisme dalam nyamuk (antigen) berpindah  kedalam darah hewan dan masuk ke dalam jaringan, sehingga antigen preseting cell (APC) bisa mengenal kareakter antigen. Setelah dikenal baru di respon oleh limfosit T, atas perintah sel T limfosit B memperbanyak diri menjadi sel plasma. Sel plasma siap untuk memerangi agen penyebab infeksi. Setelah selesai tugas sel plasma kembali seperti semula kecuali beberapa yang tingal, inilah yang dikenal sebagai sel memori. Bagi yang sudah pernah divaksin maupun sudah pernah terpapar tapi kemudian sembuh bisa didiagnostik antigen ini.
Booster, tujuannya dalah untuk mengigatkan kembali sel plasma dalam meningkatkan kekebalan tubuh. Sel B yang selesai tugas tingal di perifer, mesentrium, jaringan-jaringan dibawah kulit.
            Pengertian dan prinsip dasar diagnostic dan vaksinasi. Diagnostic digunakan untuk mengetahui penyakit apa. Sedangkan vaksinasi bertujuan untuk mencegaj penyakit. Kalau dalam bentuk diagram seperti di bawah ini.


Karakter penyebab penyakit
                                    Pencegahan             vaksin              vaksinasi
Penyebab
Bakteri, virus, parasit dan jamur
                                                                                                                  ?   diagnostic klinik
Penyakit dasar                                                                                             imunologi diagnostik


            Beberapa syarat vaksin antara lain : patogenik dalam arti kata mampu menginfeksi dan menimbulkan penyakit. Untuk mengetahuinya bisa dilakukan dengan memeriksa karakter agen. Contoh : parasit bisa bekerja secara mekanik maupun kimia.
            Dalam pembuatan vaksin protein yang diambil misalnya, berat molekul di bawah 125 kilo dalton. Kalau untuk vaksin antigen umum (common) yang diambil sedangkan untuk diagnostic yang khusus (spesifik) diambil.
            Diagnostik White Spot Syndrome pada udang antigen yang terbentuk dalam tubuh. Kalau untuk mengetahui sudah di vaksin dapat kita ketahui dengan cara mendeteksi antibodi. Dengan memakai antibody kita bisa mendeteksi mikroba yang menginfeksi seekor ternak.  Kalau sudah di vaksin ada  antigbodi yang spesifik dalam tubuh.
SEL T
sitokin
SEL B
 


APC
komunikasi sel
Virus
Bakteri                            Perantaranya plasma                             
 


Interlukin adalah sel-sel yang sehat mampu memproduski interlokin untuk komunikasi. Sedangkan interferon dihasilkan dari  sel inang. Pada hewan untuk mengetahu sudah divaksin dapat diketahui  dengan diketumakan antibody, sedangkan infeksi alami dapat diketahui dengan menemukan antigen.
Kesimpulannya inti dari diagnostik untuk mengetahui yang mana true positif dan yang mana true negatif. Sedangkan vaksinasi adalah pencegahan penyakit (preventif). Sehingga dalam imunologi modern kedua teknik tersebut bisa diaplikasi dalam lapangan untuk memberatas penyakit dan menegakan diagnosa.

Isolasi Protein White Spot Syndrome

Penemuan ini berhubungan dengan protein antigen yang berasal dari virus White Spot Syndrome pada udang memiliki perkiraan ukuran 19 kDa (VP 19) untuk common antigen/antigenic, ukuran berat molekul 13 kDa (VP13) untuk spesifik antigen/immunogenik, dengan penggunaan protein ini dalam vaksin pada spesifik antigen dan kit pada common antigen berdasarkan protein tersebut. Selanjutnya, penemuan ini berhubungan dengan antibodi terhadap protein tersebut dan untuk penggunaan antibodi dalam vaksin, dengan urutan asam nukleat encoding protein tersebut dan penggunaannya dalam vaksin. Juga, penemuan ini berkaitan dengan penggunaan kata protein dalam pembuatan vaksin untuk profilaksis dan / atau pengobatan pada udang, untuk vaksin vektor dan kit diagnostik terdiri dari kata asam inti atau antibodi.
Isolasi protein membran dilakukan dengan metode Scopes. Pemurnian terhadap berat molekul masing-masing fraksi protein dilakukan dengan Kromatografi. Kemudian dilakukan pemurnian kembali. Analisis Protein Membran White Spot Syndrome dengan komposisi separating gel 15 % dan stacking gel 5%. Marker digunakan protein dengan berat molekul pada kisaran 6,5 – 21 kDa. Pewarnaan gel dilakukan dengan Comassie Brilliant Blue dan pencucian dilakukan dengan brom ammonium.
Protein dengan berat molekul 19 kDa (VP 19) yang dihasilkan selanjutnya injeksikan ke hewan coba untuk dikultur seperti tikus putih. Tikus putih dengan Berat Badan 0,5 kg. Jadi 80 % cairan darah/ serum pada tikus dikali dengan berat badan. ), 0.5 x 80% = 0.4 cc. Protein yang dipanen untuk molekul 19 kDa (VP 19) adalah 0.4 cc dengan nama Ab Anti 19 kD. Selanjutnya disiapkan cover glass di beri gel dan dilubangi untuk uji antibody Ab Anti 19 kD terhadap antigen White Spot Syndrome. Diamati dan dilihat setelah 8 jam dan menghasilkan ikatan antigen dan antibodi dengan tanda garis demarkasi. Dengan demikian dapat digunakan sebagai KIT diagnostic untuk mendeteksi antigen White Spot Syndrome pada udang.
Kasus Penyakit White Spot Syndrome pada Udang

KIT Diagnostik pada menggunakan Ab Anti 19 kD kasus White Spot Syndrome seperti berikut ini :

Dilapangan (Clinical funding)



Labaroratorium  funding (causal)

+
-


+
+  +
+  +
+  +
+
A. 3000
-  -
-  -
-  -
+
B. 400

3400
(17%)

-
+  +
+  +
+  +
-
C. 2100
-  -
-  -
-  -
-
D.14900


16600
(83 %)

5100 (26 %)
14900 (74%)
20000

Hasil :
A.      True Negatif  3000
B.      Negatif Palsu  400
C.      Positif Palsu   21000
D.     True Positif    14900
Positif Antigen           3000
Negatif Antigen          2100
Serro Negatif             16600
Serro Positif               3400


Tidak ada komentar:

Posting Komentar